Begitu halnya dengan humanisme. Humanisme acap kali dicap sebagai ranah yang menyesatkan, alasannya karena humanisme mengajarkan segala sesuatunya yang akhirnya berpusat pada kekuatan manusia atau manusia itu sendiri. Dalam makalah ini, humanis akan diterangkan karena dampak renaissance yang terjadi di daratan Eropa pada abad pertengahan. Namun, yang jadi pusat pembahasan dalam makalah ini bukanlah humanisme, melainkan renaissance.
Apa
itu Renaissance? Kapan itu terjadi dan kenapa bisa terjadi? Lalu, apa hubungan
antara Renaissance dengan Humanisme? Dan apa dampaknya bagi kekristenan?
Dalam
makalah ini, penulis akan menjelaskan secara jelas tentang pengertian dan cikal
bakal dari Renaissance. Dan juga tentang humanisme yang sebagai dampak dari
Renaissance, juga menjelaskan kehadiran humanisme yang tidak seburuk apa yang
orang lain perbincangkan.
Pengertian
Renaissance
Bertentangan
dengan cita-cita askese, bangkitlah perasaan kesukaan akan dunia ini, yang
mengandung banyak kemungkinan bagi manusia, dan akan alam yang indah dan permai
itu. Kesadaran baru akan keindahan dunia dan manusia ini, biasanya disebut
dengan kata Perancis “renaissance”, yang memiliki arti “kelahiran kembali” dari
kebudayaan dan kesenian kuno. Renaissance menekankan otonomi dan kedaulatan
manusia dalam berpikir, dalam mengadakan eksplorasi, eksperimen, dalam
mengembangkan seni, sastra, dan ilmu pengetahuan di Eropa.
Cikal-bakal
Terjadinya Renaissance
Renaissance
lahir di Italia pada abad 14. Terutama di Italia Utara, kota-kota bertambah
kaya oleh perniagaan, perusahaan, dan kerajinan penduduk. Golongan orang kota
itu makin lama makin makmur, makin sadar akan kepentingan dirinya dan makin
berkuasa. Dengan demikian, berkembanglah suatu pandangan hidup yang baru, yang
antara lain ternyata dalam syair-syair pujangga Petrarca (1304-1374), yang
berbunyi demikian: “Sebenarnya manusia tak usah mengikuti kuasa apa pun di
atasnya; kaidah dan pusat hidup manusia ialah pribadinya sendiri. Sikap ini
berhubungan rapat dengan pandangan penyair-penyair Romawi dan Yunani zaman
purba, yang telah lama dikenal, tetapi baru sekarang disadari dan diulangi.
Pusat-pusat pergerakan renaissance ialah Florensa dan Roma.
Sebelum
perang salib usai, Kristen dan gereja sering kali membuat keputusan-keputusan
sepihak. Di antaranya mereka memutuskan untuk semua warga atau masyarakat untuk
ikut terlibat dalam perang salib, siapa yang tidak ikut, maka dia telah
melanggar perintah gereja dan dianggap sebagai bidat. Sehingga pada akhirnya
semua orang Kristen terlibat di dalam perang salib.
Namun,
banyak dari mereka yang mengundurkan diri, alasannya adalah karena mereka tidak
pernah menang dalam perang tersebut. Bahkan, mereka jadi dikuasai oleh Islam
dan hidup mereka seperti dijajah oleh mereka. Ini alasan mengapa mereka
memutuskan untuk mengundurkan diri dari perang. Tetapi, mereka tidak tinggal
diam setelah kekalahan itu. Mereka menjadi berpikir untuk menciptakan sesuatu
alat atau bisa dikatakan, kalau mereka mulai berpikir tentang tekonologi, dan
ingin untuk lepas dari mistisisme. Gerakan dari Adfontes mulai mempelejari
sumber iman Kristen.
Lalu,
mucullah tokoh-tokoh yang berani menentang ajaran gereja ketika itu. Contohnya
adalah Galileo-Galilei (dihukum mati), Copernicus (dihukum mati), serta sampai
John Hus (mati dibakar hidup-hidup). Mereka menemukan “kesesatan-kesesatan”
yang diajarkan gereja kepada kaum awam, dan dengan berani menentang ajaran
gereja. Gereja ketika itu mempunyai otoritas yang tinggi, sehingga barang siapa
tidak mematuhi perintah gereja, orang itu dianggap melawan perintah Allah dan
menentang perintah raja.
Renaaissance
sering dikaitkan dengan humanisme, tetapi seperti diketahui bahwa kedua kata
ini tidak sama, humanisme adalah akibat dari renaissance. Renaissance dan
humanisme memiliki latar belakang yang sama, tujuan yang searah, namun
penekanannya sedikit berbeda.
Manifestasi
Utama Renaissance
1. Gerakan
humanisme yang berusaha tidak saja untuk menterjemahkan sumber-sumber Yunani dan Romawi.
Petrarch dan
Erasmus adalah wakil dari gerakan ini.
2. Penolakan
tradisi Aristotelian Abad Pertengahan. Kebangkitan Platonisme, yang sangat
bergaung dalam Akademi Florentina, merupakan satu konsekuensi penolakan ini.
3. Pemikiran
Renaissance juga terbuka kepada ilmu-ilmu yang bari mulai terbentuk.
Giordano Bruno
dan Francis Bacon adalah contoh keterbukaan ini.
4. Dalam
lapisan agama periode ini ditandai oleh ketidakpuasan dengan kemapanan, yang
mengarah kepada Reformasi Protestan.
Dari empat manifestasi Renaissance
yang telah dicantumkan di atas, penulis hanya akan fokus kepada poin pertama,
yaitu humanisme.
Humanisme
adalah istilah dalam sejarah intelektual yang acap kali digunakan dalam bidang
filsafat, pendidikan, dan literatur. Kenyataan ini menunjukkan beragam makna
yang terkandung dalam dan diberikan istilah ini. Meskipun demikian, secara umum
kata humanisme ini berkenaan dengan pergumulan manusia dalam memahami dan memaknai
eksistensi dirinya dalam hubungan dengan kemanusiaan orang lain di dalam
komunitas. Perbedaan interpretasi atas kata humanisme sebetulnya lebih
merupakan persoalan perspektif dalam menelaah bidang yang dikaji.
Pada
masa Yunani klasik, humanisme ini mewujud dalam paideia, suatu sistem pendidikan Yunani klasik yang dimaksudkan
untuk menerjemahkan visi tentang manusia ideal. Hanya saja, perspektif Yunani
klasik ini bertolak dari pandangan yang semata kodrati tentang manusia. Pada
Abad Pertengahan, perspektif Yunani klasik atas manusia ini mendapat pembaruan
dari paham Kristiani, terutama sejak St. Agustinus, yang memandang manusia
tidak sekadar makhluk kodrati, tetapi juga adikodrati, imanen, dan transeden.
Dengan demikian, gagasan humanisme Yunani klasik tidak ditinggalkan, tapi
diusung ke tataran yang transeden. Manusia pun dipandang tidak sekadar faber mundi, tetapi lebih merupakan imago
dei.
Humanisme
sebagai gerakan kemanusiaan telah mengalami proses penafsiran dan penutunan
kata yang panjang. Oleh karena itu, makna kata tersebut perlu ditelusuri dalam
perspektif etimologis dan historis. Secara etimologis, istilah humanisme erat
kaitannya dengan kata Latin klasik, yakni humus,
yang berarti tanah atau bumi. Dari istilah tersebut muncul kata homo yang berarti manusia dan humanus yang lebih menunjukkan sifat
“membumi” dan “manusiawi”. Istilah yang senada dengannya adalah kata Latin “humilis”, yang berarti kesederhanaan
dan kerendahan hati.
Pada
Abad Pertengahan, kaum terpelajar dan klerikus, yang mendapat pengaruh dari
pandangan filosofis dan teologis Agustinus dan Thomas Aquinas, memandang
manusia tidak sekadar makhluk kodrati saja tapi juga makhluk Ilahi, dengan
mengembangkan pembedaan antara divinitas dan
humanitas dipahami sebagai suatu
praktuk kehidupan manusia dengan dunianya yang khas.
Perspektif
humanisme pada masa Yunani klasik berangkat dari pertimbangan-pertimbangan yang
kodrati tentang manusia. Sedangkan perspektif humanisme pada Abad Pertengahan
berangkat dari keyakinan dasar tentang manusia sebagai makhluk kodrati dan
adikodrati. Namun, gerakan humanisme yang dipahami secara spesifik dan murni
sebagai gerakan kemanusiaan sebetulnya baru berkembang pada zaman Renaissance,
terutama berkaitan dengan bangkutnya munat kaum terpelajar (umanisti) untuk mempelajari tulisan-tulisan klasik (Yunani-Romawi)
dan bahkan karya-karya klasik itu dijadikan dengan gerakan kesadaran
intelektual untuk menghidupkan kembali literatur-literatur Yunani-Romawi.
Humanisme
Renaissance
Salah
satu gerakan perumusan ulang esensi dan eksistensi manusia dulakukan para
cendikiawa-penulis dan pendidik sepanjang masa Renaissance. Gerakan yang sudah
bertunas sekitar abad ke-9 dan ke-10, dalam masa Dinasti Carolingian dan
Ottonian berupaya menghidupkan kembali pembelajaran karya sastra, ilmu
pengethuan serta filsafat Yunani Kuno dan Romawi. Perumusan ulang ini bertujuan
untuk pengembangan kemanusiaan melawan kemerosotan peradaban dan kebodohan.
Renaissance
yang sudah dimulai sejak Abad Pertengahan mencapai puncaknya pada abad ke-14.
Era tersebut berawal dari daratan Italia, sebagai pewaris kebudayaan Romawi.
Pada masa itu, para bangsawan dan intelektual benar-benar menggali kemabli
kebudayaan Yunani Kuno dan Latin, terutama melalui karya sastra ilmu
pengetahuan, dan filsafat.
Sejarah
peradaban di Eropa menunjukkan dinamika yang selalu menggeliat guna membebaskan
diri dari bayang-bayang kemerosotan dan kebodohan. Sejak migrasi bangsa Barbar
di abad kelima, yang meruntuhkan kekaisaran Romawi, dan menempatkan
bangsa-bangsa Eropa pada sistem desa-pertanian, kemerosotan peradaban pun
terjadi.
Kegiatan
intelektual yang menjadi motor kemajuan peradaban menjadi terbatas dan terpusat
di biara-biara. Dalam biara-biara tersebut, kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi
dipelajari secara terbatas melalui pengajaran tata bahasa dan sastra Yunani dan
Latin. Penyebaran agam Kristen dan tumbuhnya kaum radikal Kristen telah
menempatkan warisan kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi sebagai unsur kafir
(pagan). Maka, warisan kebudayaan tersebut harus diseleksi sedemikian rupa
sehingga tidak bertentangan dengan iman Kristiani.
Di
sekitar Abad Pertengahan, dikenal era Renaissance abad ke-12 yang diawali
sekitar tahun seribu, dan berpusat di sekitar Mahzab Katedral Rheims. Para guru
Mahzab ini sudah mulai mengutip karya Horace, Virgil, dan Cicero dalam
pengajaran mereka. Mereka mencoba menggunakan gaya penulisan para sastrawan ini
dalam karya tulis mereka.
Gerakan
Renaissance pada Abad Pertengahan belum sepenuhnya melepaskan diri dari
paradigma teologi Mahzab Skolastik. Teologi Skolastik menempatkan manusia
sebagai ciptaan yang bergantung pada Tuhan sebagai pusat kehidupan dalam
Semesta Alam. Dengan demikian orientasi seperti itu, para humanis dalam era
Abad Pertengahan mempelajari tata bahasa dan sastra Yunani Kuno dan Latin dalam
perspektif teologi. Walaupun John of Salisbury misalnya, menyebutkan tata
bahasa Yunani Kuno dan Latin sebagai “fondasi yang menopang seluruh tatanan
suprastruktural”, para humanis di awal masa gerakan Renaissance hanya
mempelajari mekanisme dan teknik berbahasa lisan dan tulisan. Barulah pada abad
ke-14, minat pada penggalian kembali dan pembelajaran aspek-aspek kebudayaan
Yunani Kuno dan Latin secara mendalam dimulai, dan minat itu muncul
pertama-tama dalam diri humanis di Italia.
Puncak Humanisme
Renaissance
Gerakan
Humanisme Renaissance berhutang besar pada munculnya beberapa perpustakaan
besar dan aktivitas para kolektor naskah-naskah sastra Yunani Kuno dan Latin
pada paro kedua abad ke-15. Beberapa perpustakaan ternama seperti Perpustakaan
Vatikan, Perpustakaan Venesia, Perpustakaan de Medici di Florence, merupakan
tempat koleksi naskah-naskah kuno tersebut. Selain mengumpulkan naskah kuno,
para kolektor pun menyalin, dan beberapa di antara mereka menerjemahkan ke
dalam bahasa Latin, naskah-naskah Yunani Kuno dan Latin Kuno.
Venesia
misalnya, adalah pusat berkumpulnya para pecinta naskah literatur Yunani Kuno
dan Latin. Mereka tidak hanya membaca, tetapi beberapa di antaranyadalam
mengedit naskah-naskah tersebut untuk diterbitkan ulang. Tempat-tempat seperti
Venesia merupakan sumber inspirasi bagi para humanis untuk mengembangkan
pendidikan kemanusiaan di era Renaissance.
Humanisme
Renaissance abad ke-16 di Italia memiliki corak neoplatonis. Corak ini dipakai
dan dikembangkan para pemikir pendidik Humanis di Akademi Plato Florance.
Akademi tersebut menggali kembali filsafat Plato, Aristoteles, dan Plotinus.
Karena itu, corak neoplatonik ini dipadukan dengan inspirasi keyakinan religius
dalam tradisi Kristiani.
Perpaduan
filsafat pagan dengan keyakinan religius itu menghasilkan sosok manusia yang
optimis dan mistik kedua ciri ini mempunyai akar pada Filsafat Skolastik dan
Filsafat Neoplatonik. Filsafat Skolastik memberi inspirasi bahwa manusia
merupakan manifestasi dari kemahatahuan dan kemahakuasaan Allah.
Ketertiban
manusia dan keteraturan manusia dan semesta tampil dalam tingkatan-tingkatan
hierarkis. Manusia berada di antara malaikat dan lebih tinggi dari ciptaan
lain. Tatanan hierarkis ini bersifat sakral. Karena itu lah, Humanisme
Neoplatonik Renaissance menganggap perlu mempertahankan struktur sosial yang
hierarkis.
Sama
seperti Copernicus yang menentang gereja dengan penemuannya. Dimana dia
berhasil membuktikan kalau bumi bulat, yang ketika itu gereja mengeluarkan
ajaran bahwa bumi tidak berbentuk bulat. Lalu, Galileo Galilei yang dipenjara
karena menentang ajaran gerejea ketika itu. Gereja mengajarkan masyarakat
ketika itu bahwa pusat dari alam semesta ini adalah bumi, tetapi Galileo
membuat teropong dan mengklasifikasi ajaran gereja tersebut, dan terbukti bahwa
ajaran gereja adalah salah. Dia diancam jika tidak menarik penemuannya itu, dia
akan dipenjara, tapi ancaman itu tidak diindahkan oleh Galileo, sehingga gereja
menangkap dan memenjarakan beliau dengan tuduhan bahwa beliau sesat. Gereja
dapat memperlakukan seperti itu karena ketika itu gereja memegang otoritas yang
tinggi, dan ketika itu siapa pun yang tidak mematuhi aturan gereja, dia
dianggap seorang bidat, dan dihukum mati. Inilah yang membuat Copernicus mati
dan Galileo dipenjarakan.
Sikap Gereja
Terhadap Humanisme Renaissance
Gereja
adalah sebuah organisasi atau sebuah lembaga yang konservatif, sehingga gereja
tidak menerima sesuatu yang baru, apa pun itu bentuknya. Pada zaman
Renaissance, gereja sangat antipati terhadap ilmu atau pengetahuan yang di luar
gereja, atau dapat dikatakan bahwa gereja tidak menerima ajaran dalam bentuk
apa pun selain ajaran yang mereka (orang-orang/pejabat-pejabat gereja) buat
bersama, dan yang dicap sebagai kebenaran atau lebih ekstrimnya lagi, sebagai
suara Tuhan. Sehingga yang melawan atau membantah ajaran gereja, orang tersebut
dianggap sebagai orang kafir atau orang bidat.
Kekakuan
gereja pada saat itu mengakibatkan masyarakat menjadi sekumpulan orang yang
haus akan pengetahuan, sehingga mereka memiliki inisiatif untuk memberontak
atau melawan dari ajaran gereja, yang dianggap hanya merugikan mereka. Karena
jika melihat kondisi ketika itu, dimana gereja memegang semua situasi, tidak
ada lagi yang menjadi hak masyarakat atau orang yang berkarir di luar gereja.
Dengan melakukan pemerasan, korupsi, dan banyak hal lagi yang (sebenarnya)
membuat posisi gereja menjadi sulit, karena masyarakat malah mencari cara untuk
“berontak”.
Relevansinya
dengan Zaman Ini
Gereja
yang ditemukan zaman dulu (Zaman Renaissance) juga ditemukan pada dewasa ini.
Semua ajaran-ajaran yang telah dibuat oleh gereja sudah dipercayai atau kata
yang lebih pas, sudah diimani sebagai suatu kebenaran. Dimana siapa pun yang
melanggarnya atau tidak mematuhinya akan dicap sebagai orang yang tidak patuh
kepada gereja dan pasti dihukum, bahkan hukumannya bisa sampai pada hukuman
mati.
Namun,
gereja pada dewasa ini tidak sekejam masa Renaissance. Perbedaannya hanya dalam
penghukuman. Jika dalam masa Renaissance jenis hukumannya bisa sampai pada
kematian, kalau sekarang hanya sampai pada pengucilan atau paling parahnya
dicap sebagai sesat dan “dipecat” dari keanggotaan gereja.
Gereja
melakukan hal seperti ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dimana
gereja takut jika otoritasnya hilang atau berkurang, dan gereja takut
pendapatan mereka berkurang setiap minggunya. Gereja juga memikirkan jika
mereka menerima kritik atau pun sesuatu yang baru ke dalam gereja, posisi
mereka di depan masyarakat atau jemaat akan menjadi burukm karena mengetahui
bahwa mereka (mereka) tidak sempurna. Maka dari itu, gereja tidak menerima
ajaran atau pengetahuan yang baru dari luar.
Kesimpulan
Kekauan
gereja dapat memberikan dua efek, yaitu pemberontakkan dan pembodohan. Bagi
orang-orang (jemaat) yang memiliki pikiran, mereka pasti akan bertanya-tanya
dan terus mencari kebenaran, meski
pun risikonya harus dikucilkan dari lingkungan. Tapi jika orang-orangnya
(jemaat) hanya mengikut tanpa ada koreksi dari mereka, atau dengan kata lain,
tidak kritis, hasilnya mereka tidak akan mengetahui apa pun, mereka hanya bisa
mengangguk, meskipun yang disampaikan salah.
Jika
memang gereja itu adalah perwakilan Allah di bumi, seharusnya gereja tidak
perlu khawatir ataupun takut dengan ajaran-ajaran yang berkeliaran di luar gereja, dan yang masuk ke dalam gereja. Semua
pengetahuan yang ada, baik itu yang ada dalam gereja maupun yang tidak, pasti
akan menambah wawasan atau efek positif kepada gereja dan seluruh penghuninya.
CUKUP MENGENA....SALAM KENAL
BalasHapusStarX casino | Shootercasino
BalasHapusStarX casino in Las Vegas. The casino in the centre of the 제왕 카지노 Las Vegas Strip is 샌즈카지노 home 메리트 카지노 to the hottest slots, world-class table games and