Menurut
hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah
mencapai usia delapan belas tahun, bukan dua puluh satu tahun seperti
sebelumnya. Perpanjangan masa remaja, setelah individu matang secara seksual
dan sebelum diberi hak serta tanggung jawab orang dewasa mengakibatkan
kesenjangan antara apa yang secara populer dianggap budaya remaja dan budaya
dewasa. Budaya kawula muda menekankan kesegaran dan kelengahan terhadap
tanggung jawab dewasa. Budaya ini memiliki hierarki sosialnya sendiri,
keyakinannya sendiri, gaya penampilannya sendiri, nilai-nilai dan norma
perilakunya sendiri.
Konformitas
terhadap standar budaya kawula muda mempunyai dua efek yang serius dan
mendasar. Pertama, konformitas menyebabkan alienasi dan protes terhadap budaya
dewasa. Dan kedua, konformitas merupakan persiapan yang buruk untuk memasuki
masyarakat dewasa yang ditandai oleh nilai-nilai dewasa. Para remaja yang harus
mengikuti standar budaya kawula muda bila ingin diterima oleh kelompok
sebayanya harus mempelajari standar perilaku dan nilai-nilai yang nantinya
harus diubah sebelum mereka diterima oleh budaya dewasa, misalnya gaya pakaian
dan tata rambut yang tidak rapih, yang didukung standar kawula muda saat ini
tidak diterima oleh budaya dewasa dan harus diubah secara drastis kalau remaja
dalam menyongsong, kenatangan secara hukum, ingin menjadi bagian dari budaya dewasa.
Situasi yang seperti ini yang meresahkan, karena remaja pasti akan melakukan
apa pun untuk diterima oleh kelompok.
Apakah
masa remaja selalu mengkhawatirkan? Kenapa masa remaja adalah masa yang rentan
akan kehancuran? Bagaimana caranya agar remaja tidak terjerembab ke dalam
pergaulan yang minim akan moral, terkhusus seks?
Dalam
makalah ini, penulis akan menjabarkan kecemasan-kecemasan yang dihasilkan
remaja dan cara untuk mengatasi permasalahannya, terutama dalam bidang seks.
Masa
Peralihan
Bagi
sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan
tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan
perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama
atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat, dan
lingkungan yang baik semakin menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri
bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan
dengan kagum, senang atau takut.
Suatu analisa
yang cermat mengenai semua aspek-aspek perkembangan dalam masa remaja, yang
secara global berlangsung antara umur dua belas dan dua puluh satu tahun, akan
mengemukakan banyak faktor yang masing-masing perlu mendapat tinjauan
tersendiri.
Dalam
bukunya, Monks mendefinisikan “pemuda” dengan arti baru, yaitu suatu masa
peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Masa usia tiga belas sampai
dengan sembilan belas tahun menunjukkan perbedaan yang besar antara usia
sekitar tiga belas tahun sampai dengan delapan belas tahun, lepas daripada
perbedaan-perbedaan sosial-kultural dan seksual di antara para remaja sendiri.
Dalam
perkembangan kepribadian seorang maka remaja mempunyai arti yang khusus.. namun
begitu, masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses
perkembangan seseorang. Secara jelas masa anak dapat dibedakan dari masa dewasa
dan masa tua. Seorang anak masih belum selesai perkembangannya, sedangkan orang
dewasa dapat dianggap sudah berkembang penuh, mereka sudah menguasai sepenuhnya
fungsi-fungsi fisik dan psikisnya. Anak masih harus banyak belajar untuk dapat
memperoleh tempat dalam masyarakat sebagai warga negara yang bertanggung jawab
dan bahagia. Anak belajar hal-hal ini melalui enkulturasi, sosialisasi, dan
adaptasi aktif.
Anak
remaja sepertinya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka tidak termasuk
golongan anak, tetapi mereka tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau
golongan tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum
mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikis. Ditinjau dari segi
tersebut, mereka masih termasuk golongan kanak-kanak, mereka masih harus
menemukan tempatnya dalam masyarakat.
Pada masa
pertumbuhannya, kebanyakkan remaja “mencontek” gaya hidup para orang dewasa.
Dalam masa pertumbuhannya, remaja sangat senant untuk melakukan hal-hal yang
baru, mereka menginginkan kebebasan yang absolut, tanpa ada lagi
batasan-batasan. Inilah yang sangat diinginkan oleh kebanyakkan remaja.
Mereka
kurang menyukai acara-acara yang berbau formil. Pada usia remaja, remaja sangat
senang apabila mereka berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Biasanya,
kebanyakkan dari mereka memiliki hobi atau kebiasaan yang sama antara yang satu
dengan yang lainnya. Orang tua mereka tidak lagi bisa untuk mencampuri kehidupan
mereka, disebabkan karena mereka menginginkan kebebasan yang absolut tersebut.
Remaja
ada dalam tempat marginal (Lewin, 1939). Berhubung ada macam-macam persyaratan
untuk dapat dikaitkan dewasa, maka lebih mudah untuk dimasukkan kategori anak
daripada dewasa. Baru pada akhir abad delapan belas, maka masa remaja dipandang
sebagai periode tertentu lepas dari periode kanak-kanak. Meskipun demikian,
kedudukan remaja dan status remaja berbeda dari pada anak. Masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan, karena
remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status
kanak-kanak. Dipandang dari sisi sosial, remaja mempunyai suatu posisi
marginal.
Ausebel
(1965) menyebut status orang dewasa sebagai status primer, artinya status itu diperoleh berdasarkan kemampuan dan
usaha sendiri. Status anak adalah status penjabaran, artinya tergantung
daripada apa yang diberikan oleh orang tua dan masyarakat. Remaja ada dalam
status interin sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh
orang tuanya dan sebagian diperoleh melalui usahanya sendiri yang selanjutnya
memberikan prestise tertentu padanya. Status interin berhubungan dengan masa
peralihan yang timbul sesudah pemasakan seksual (pubertas). Masa peralihan
tersebut diperlukan untuk mempelajari remaja mampu memikul tanggung jawabnya
nanti dalam masa dewasa.
Meskipun
antara masa kanak-kanak dan masa remaja tidak terdapat batas yang jelas, namun
nampak adanya suatu gejala yang tiba-tiba dalam permulaan masa remaja, yaitu
gejala timbulnya seksualitas (genital), hingga masa remaja ini atau setidak-tidaknya
permulaan masa tersebut juga disebut masa pubertas. Dalam perkembangan maka
keadaan ini begitu memberikan pengaruh terhadap fisik seseorang hingga perlu
kiranya untuk meninjau hal itu secara khusus.
Istilah kata
puber terambil dari kata puber (pubescent). Dalam kata Latinnya, pubescere berarti mendapatkan pubes atau
rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan
perkembangan seksual. Bila selanjutnya dipakai istilah puber, maka yang
dimaksudkan adalah remaja sekitar masa pemasakan seksual. Pada umunya masa
pubertas terjadi antara dua belas sampai dengan enam belas tahun pada anak
laki-laki dan sebelas sampai dengan lima belas tahun pada wanita.
Peralihan tidak
berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya,
melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap
berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan
bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak-anak
beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus meninggalkan
segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakkan dan juga harus mempelajari pola
perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah
ditinggalkan.
Namun perlu
disadari bahwa apa yang telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan
mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Seperti dijelaskan oleh
Osterrieth, “Struktur psikis anak remaja berasal daru masa kanak-kanak, dan
banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada
akhir masa kanak-kanak”. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa
remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya
penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser.
Dalam setiap
periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan
peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seotang anak dan
juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berperilaku sepert anak-anak, mereka akan
diajari untuk bertindak sesuai umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku
seperti orang dewasa, mereka sering kali dituduh terlalu besar untuk celananya
dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak,
status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi
waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbecda dan menetukan pola
perilaku, nilai dan sigat yang paling sesuai bagi dirinya.
Ketertarikan
Pada Seks
Meskipun minat
pada seks ada pada semua anak atau semua usia, minat ini lebih besar setelah
anak masuk ke sekolah, kelompok bermain, taman kanak-kanak, karena hubungan
dengan teman sebaya bertambah erat, berbeda dengan waktu pergaulan mereka
terbatas pada kelompok bermain di lingkungan sekitar rumah.
Sepanjang masa
sekolah, minat pada seks meningkat, dan biasanya mencapai puncaknya selama
periode perubahan pubertas. Karena perubahan ini terjadi terutamaselama
tahun-tahun terakhir masa kanak-kanak, maka dapat dikatakan bahwa, mungkin
terkecuali masa awal perkawinan tidak ada periode lain dalam kehidupan seks
seperti periode akhir masa kanak-kanak yang berunpang tindih dengan masa puber.
Walaupun minat
dan perhatian pada seks sebagian besar dipengaruhi kondisi lingkungan, terdapat
pola minat yang hampir universal pada anak dalam budaya Amerika saat masa kini.
Selama tahun pertama kehidupan, dalam proses mengeksplorasi tubuhnya, bayi
cepat atau lambat akan menyentuh alat kelamin dan menemukan pusar, mereka
senang memasukkan jari mereka ke dalam lubang tersebut. Selain permainan
eksploratif ini, terdapat sedikit bukti minat anak pada seks sampai anak
berusia antara dua dan tiga tahun.
Selama masa
prasekolah atau di kelas satu pergaulan dengan teman sebaya tidak saha
memperbesar minat melainkan juga sangat memperluas minat pada seks.
Ketika perubahan
pubertas muali tampak, pada bagian luar tubuh atau tubuh teman sekelas, minat
pada seks bergeser ke arah penyebab dan arti perubahan tersebut. Dengan
tampilnya perubahan di bagian luar tubuh, ciri seks sekunder terdapat pula
perubahan pada alat kelamin ciri seks primer. Perubahan ini menimbulkan
perasaan baru yang membuat anak berpikir tentang arti perasaan tersebut,
walaupun pada berbagai aspek seks yang paling menarik mereka ketika mereka
masih kecil masih tetap ada, anak remaja sekarang menggeserkan pusat perhatian
mereka pada perubahan pubertas. Tambahan minat baru pada minat lama inilah yang
menjadi penyebab utama kesibukkan anak dengan seks.
Kesimpulan
Masa
remaja adalah masa di mana remaja sangat rentan dengan “kejatuhan”. Remaja
sangat membutuhkan arahan yang benar dari pihak keluarga, pihak lingkungan atau
dari pihak manapun, karena jika tidak, remaja akan jatuh dan akan mendapatkan
identitas diri yang salah. Ini akan mengakibatkan masa depan si remaja menjadi
hancur, atau minimal, hidup si remaja tidak ada arah.
Sangat
dibutuhkan kerjasama untuk menjaga dan mendidik remaja saat mereka baru
mengalami akil balig, atau bahasa psikologinya, masa peralihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar