Senin, 23 Januari 2012

Kristen yang Satu

            Kristen adalah sebuah sebutan hinaan untuk mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Sebutan Kristen muncul pada abad kedua di Antiokhia. Walaupun Kristen merupakan sebutan hinaan (bagi orang lain), tapi bagi para rasul itu adalah sebuah pujian dan merupakan tanggung jawab besar.
            Kristen pada awalnya adalah satu. Mereka terlihat kompak dalam mengabarkan Injil, sesuai dengan perintah Yesus, Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, … (Matius 28:19). Namun ada satu masalah dimana jemaat di Korintus menjadi pecah.
            Korintus adalah sebuah kota pelabuhan, dimana banyak orang asing yang datang dan pergi, atau bahkan menetap di sana untuk melakukan perdagangan. Korintus adalah kota yang pernah menjadi korban Paulus dalam mengabarkan Injil. Paulus datang ke Korintus untuk mengabarkan Injil, dan saat ia pergi dari Korintus, ia berhasil meninggalkan sebuah jemaat.
            Namun, jika melihat dari latar belakang kota ini, wajar jika jemaat terpecah. Banyaknya turis yang singgah, tentu memberikan dampak kepada penduduk lokal. Baik dari segi ekonomi maupun kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit orang Yunani yang datang dan memberikan ajaran filsafat kepada penduduk lokal di sana, sehingga merubah pola pikir mereka. Berawal dari perubahan pikiran ini, sehingga terjadi pengelompokkan-pengelompokkan.
            Ini adalah fakta yang berhasil dicatat dalam 1 Korintus 1:11-12. Tercatat ada empat kelompok atau golongan di Korintus, di antaranya adalah golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas, dan golongan Kristus. Masing-masing golongan memiliki ajaran yang berbeda.
Kaum Libertin, yang menyatakan mereka mengikuti Paulus. Keolompok ini telah mendengar khotbah Paulus yang semula, tentang kemerdekaan Kristen, dan menyimpulkan bahwa begitu mereka memberikan respon atau tanggapan terhadap Injil, sehingga membuat mereka hidup sesukanya. Mereka juga mengajak seluruh jemaat supaya jangan cemas terhadap terjadinya percabulan secara terang-terangan (1 Korintus 5:1-13). Kelompok ini bisa berbicara seperti demikian karena memang orang-orang di Korintus ketika itu, tepatnya pada abad pertama, kota ini terkenal karena kejahatan dan tingkah laku yang asusila, yang ditonjolkan oleh pemujaan yang berhawa nafsu dan rusak kepada dewi Afrodit, yaitu dewi percintaan orang Yunani.
            Kaum Legalistik, yang menyatakan diri sebagai pengikut Kefas, mereka orang-orang seperti para guru agama Yahudi di Yerusalem, yang berpendapat bahwa kehidupan Kristen berarti mengikuti hum Taurat dengan ketat, baik menurut upacara agama maupun secara moral. Kebanyakkan dari mereka adalah orang Yahudi atau bukan Yahudi yang “takut kepada Allah” sebelum memeluk agama Kristen. Mereka juga membangkitkan persoalan lama tentang jenis makanan yang boleh dimakan orang Kristen. Tetapi, kali ini pertengkarannya adalah tentang makanan yang telah dipersembahkan di kuil-kuil kafir sebelum dijual kepada umum (1 Korintus 8-9).
Kaum filsuf, para pengikut Apolos, mereka terdiri dari orang-orang ynag mengikuti pandangan Yunani klasik. Kelompok ini mengatakan bahwa mereka memiliki semacam hikmat yang lebih unggul dari apa pun yang pernah disampaikan Paulus (1 Korintus 1:18-25).
Kaum Mistik, yang menyatakan diri sebagai pengikut Kristus, mengemukakan bahwa sakramen-sakramen jemaat berfungsi secara supra-alami. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak perlu cemas terhadap akibat kegiatan-kegiatan cabul yang dilakukannya (1 Korintus 10:1-13). Kebangkitan telah berlangsung dan mereka telah dibangkitkan secara mistis bersama Kristus (1 Korintus 15:12-19). Mereka menyatakan mereka sekarang hidup pada tingkat keberadaan yang super-rohani, jauh melebihi dari apa yang dapat dicapai oleh pengikut-pengikut Paulus, Kefas, dan Apolos, ini tertulis pada 1 Korintus 4:8).
Kejadian seperti ini juga terjadi pada dewasa ini, dimana kekristenan menjadi terpecah. Banyak jemaat yang tidak mengetahui kebenaran Injil secara benar, tapi mereka banyak bicara tentang doktrin atau ajaran yang mereka sendiri tidak mengetahui maknanya. Pemandangan yang seperti ini sudah biasa, dimana aliran atau golongan yang satu mempromosikan golongannya dan menjelekkan aliran atau golongan yang lain. Padahal mereka tidak menguasai doktrin yang mereka terima saat ini. Sebagai contoh, aliran atau golongan K pengikut Arminius, yang disebut Arminian. Mereka mengatakan bahwa alirang atau golongan RI, pengikut ajaran Calvin, yang disebut Calvinis tidak memiliki urapan Roh Kudus, karena aliran atau golongan RI tidak bisa berbahasa Roh. Demikian sebaliknya, aliran atau golongan RI memojokkan aliran atau golongan K sebagai bidat, karena aliran atau golongan K terlalu sekuler dalam berkhotbah, dan menggunakan bahasa setan dalam penyembahan.
Yang menjadi permasalahan bukanlah ajaran yang mereka ikuti (selama masih dalam Kristus), tapi cara masing-masing aliran atau golongan menyikapi doktrin tersebut. Parahnya, mereka seakan lebih Arminius jika dibandingkan dengan Arminius, atau lebih Calvin jika dibandingkan dengan Calvin. Dan, bukan lagi Kristus yang menjadi pusat dalam doktrin mereka masing-masing, melainkan manusia! Ini dapat dibuktikan dari cara mereka mempertahankan doktrin yang mereka pegang dan menganggap salah doktrin yang tidak sama dengan mereka.
Bukankah hal demikian tidak penting, dari mana kita berasal, doktrin apa yang kita pegang. Yang terpenting adalah siapakah pusat dari doktrin yang kita pegang.
Bersatulah saudara-saudaraku!!

2 komentar: