Rabu, 31 Desember 2014

Secarik Coretan untuk Pak Presiden RI, Joko Widodo

Pak Presiden, kalau memang Anda pemimpin kami yang berlandaskan Pancasila, kenapa sikap Anda berbeda memperlakukan kami? Kami melihat tindakan Anda tidak adil kepada rakyat Anda sendiri.
Begitu gesitnya Anda meresponi kejadian longsor di Banjarnegara, cekatannya Anda kembali ke Ibu Pertiwi ketika mendengar kabar bahwa Air Asia yang hilang telah berhasil ditemukan. Semua itu mencerminkan seakan Anda peduli terhadap bangsa ini. Sekilas memang Anda terlihat peduli, dan Anda telah berhasil meyakinkan sebagian besar rakyat Anda akan hal itu, tapi tidak dengan sebagiannya lagi.
Masih teringat jelas celotehan Anda ketika kampanye, saat dimana Anda mencari simpati rakyat Indonesia dengan mengobral kasus-kasus pelanggaran HAM akan Anda selesaikan. Pada saat Anda mengobral itu, banyak rakyat Indonesia yang terbius.
Ya, banyak di antara kami terbius dengan celotehan Anda, sehingga menghasilkan optimisme sesaat. Sesaat, karena pada saat itu saja kami optimis kalau kasus-kasus pelanggaran HAM akan terselesaikan.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, tidak ada perkembangan yang sesuai dengan obralan bualan Anda, Pak Presiden. Bahkan kami sangat kecewa ketika tidak ada reaksi dari Anda tentang dilepasnya Pollycarpus, kunci untuk membongkar habis kasus pembunuhan Munir. Kenapa? Bisakah Anda jelaskan kepada semua rakyat Indonesia tentang hal itu, Pak Presiden yang Terhomat?
Sikap diam Anda yang terlihat "So Cool" melahirkan banyak pertanyaan kemungkinan di antara kami, yang mengharapkan seluruh kasus pelanggaran HAM diselesaikan, Pak Presiden. Mengapa kasus seperti ini tidak masuk dalam prioritas Anda ketika menjadi Presiden di negara ini? Apa karena adanya keterlibatan langsung orang-orang terdekat Anda dalam kasus ini, Pak Presiden?
Lambat gaya Anda dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM ini mengingatkan saya dengan para pendahulu Anda, pemimpin tua yang lambat bergerak dan berpikir, yang (mungkin) semua keputusannya selalu didikte oleh orang-orang atau kelompok pendukungnya, demi mengamankan kepentingan-kepentingan tertentu.
Repubik Indonesia memiliki istana negara di Bogor, di Banjarnegara tidak. Sedang dimanakah Anda ketika jemaat GKI Yasmin diusir oleh Satpol PP ketika sedang menjalani ibadah Natal dengan alasan mengganggu ketertiban umum? Jemaat GKI Yasmin ibarat tamu di rumah sendiri. Mereka telah melengkapi syarat-syarat untuk mendirikan rumah ibadah, bahkan dalam persengketaan ini mereka pun telah dimenangkan oleh pengadilan. Tapi apa responmu, Pak Presiden?
Awalnya saya kira Anda lah orang yang dibutuhkan oleh Ibu Pertiwi, seorang negarawan, tapi ternyata Anda sama dengan para pendahulu Anda, seorang politikus, yang bertindak hanya untuk mengamankan kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Ibu Pertiwi tidak lagi membutuhkan seorang politikus, Ibu Pertiwi membutuhkan seorang negarawan, yang peduli dan benar murni peduli terhadap permasalahan-permasalahan bangsa ini.
Lagi, harapan kami pupus di tangan pemimpin kami sendiri. Lagi, kami harus menunggu dalam utopia. Entah kepada siapa lagi kami mengadukan ini, selain kepada Sang Sepi.
Selamat menyambut tahun baru, Pak Presiden. Semoga Anda bisa memegang amanah dari kelompok Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar